Serunya Belajar Sambil Berwisata di Pulau Anggrek “Elsye Lestari”

Bisakah kita berwisata sambil belajar? Tentu saja bisa! Pulau Anggrek “Elsye Lestari” di Sungai Upang menjadi jawabannya. Tidak hanya menawarkan pemandangan wisata yang memanjakan mata, berwisata di Sungai Upang juga bisa menambah ilmu pengetahuan bagi pengunjung yang datang. Hal tersebutdikarenakan wisata ini menawarkan konsep wisata alam berbasis konservasibiodiversity.

Konsep unik yang jarang ditemukan di tempat lain ini tentunya menjadi daya tarik bagi pengunjung. Tentunya pengunjung dibuat penasaran dengan konsep wisata alam yang digabungkan dengan konservasi biodiversity ini. Sesuai dengan namanya, Sungai Upang tidak hanya menawarkan pemandangan alam yang indah tetapi juga menjadi kawasan konservasi berbagai jenis flora dan fauna yang ada di dalamnya. Salah satu atraksi wisata yang juga dimanfaatkan sebagai kawasan konservasi adalah Pulau Anggrek “Elsye Lestari”

Diresmikan sekitar tahun 2020, Pulau ini menyimpan berbagai jenis anggrek, khususnya jenis tanaman anggrek yang hanya tumbuh di Pulau Bangka Belitung. Walaupun begitu, pulau ini juga menghimpun berbagai jenis anggrek yang tersebar di Indonesia, baik yang mudah ditemui maupun yang hampir punah, agar menambah khasanah koleksi tanamananggrek di pulau ini. Pulau Anggrek yang berlokasi di kawasan wisata alam berbasis konservasi Sungai Upang ini, didirikan dan diinisiasi oleh Ibu Dian Rossana Anggraini dan suaminya, Bapak YuliTulistianto. Pulau ini awalnya dibangun untuk kepentingan konservasi biodiversity karena berada pada lingkungan aliran sungai yang ekosistemnya masih terjaga dengan sangat baik. Namun karena ketertarikan pengunjung terhadap pulau ini, maka pengelolan Pulau Anggrek juga diarahkan untuk kebutuhan wisata alam.

Bermula karena kecintaan Ibu Dian dan Bapak Tulis terhadap lingkungan, Pulau Anggrek ini kemudian dikembangkan untuk merawat beragam jenis anggrek, khususnya jenis tanaman anggrek yang hampir langka. Selain itu, pendirian pulau ini juga dilatarbelakangi oleh situasi hutan yang menyimpan beragam jenis anggrek tetapi perlahan habis karena dihancurkan oleh masyarakat demi memenuhi kepentingannya sendiri. Banyak masyarakat yang belum mengenal jenis-jenis tanaman anggrek asli Bangka sehingga membuat mereka secara semena-mena membakar hutan tanpa tahu jenis tanaman apa saja yang terdapat di dalamnya.

Bersama dengan Bangka Flora Society, Sahabat Alam Sungai Upang, pemerintah Desa Tanah Bawah dan Sekolah Alam Langit Biru, Ibu Dian serta Bapak Tulis berkomitemen untuk menjaga kelestarian Sungai Upang beserta isinya, termasuk Pulau Anggrek. Hal ini karena ekosistem dan keindahan Pulau Anggrek ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat menangkarkan tanaman anggrek tetapi juga menjadi tempat bernaung fauna endemik yang bermukim di kawasan SungaiUpang.

Menariknya, walaupun dikembangkan sebagai wisata alam, pengunjung tetap diberi ruang untuk berwisata tetapi dengan terbatas. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar tujuan utama kawasan ini dibangun sebagai kawasan konservasi tidak berubah begitu saja.

Keberlanjutan Sungai Upang beserta Pulau Anggrek ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pihak-pihak pengelola saja tetapi juga seluruh pengunjung yang hadir. Hal ini terjadi karena setiap berwisata di Sungai Upang dan Pulau Anggrek, pengunjung akan diberi edukasi terkait kelestarian lingkungan sehingga pengunjung tidak hanya mendapatkan pengalaman berwisata di kawasan konservasi saja tetapi juga mendapat pengetahuan dan informasi seputar kelestarian lingkungan. Pengunjung diajak untuk ikut menanam pohon, menjaga kebersihan lingkungan, dan bahkan diberikan informasi terkait flora serta fauna yang terdapat di kawasan Sungai Upang. Melalui Pulau Anggrek ini, pengunjung bahkan berkesempatan untuk melihat berbagai jenis tanaman anggrek yang mungkin belum pernah mereka lihat sebelumnya. Oleh karena itu, wisata dengan selipan edukasi ini tentunya menjadi daya tarik bagi pengunjung yang datang.

Melihat besarnya manfaat dari Sungai Upang, khususnya Pulau Anggrek, sudah sepatutnya menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaganya. Dengan menjaga kelestariannya, keindahan alam ini tentunya akan terus terjaga dan dinikmati oleh generasi yang akan datang. Kesadaran penuh terhadap tanggung jawab ini harus terus disebarkan agar tidak hanya Sungai Upang dan Pulau Anggrek saja yang terjaga, tetapi seluruh alam yang ada di Bumi Pertiwi ini.

Penulis: 
Adinda Raissa (Ikom UGM)
Sumber: 
KKN-PPM UGM 2022
Tags: 
wisata daerah